Kamis, 30 Agustus 2012

Tari Dolalak Garapan Juara III Se Jateng


Tari Dolalak dengan nama garapan Tari Jadol, mendapat predikat Juara III dalam parade seni budaya Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Penghargaan diserahkan oleh Gubernur Jawa Tengah, pada malam resepsi Hari Jadi Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Tim Kesenian Kabupaten Purworejo diwakili oleh Kelompok Kesenian Dolalak Asri Budaya Desa Karangejo Kecamatan Loano dengan dukungan Dolalak Krida Utama. Dibawah koordinasi Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, tim menampilkan kesenian khas tari Dolalak yang digarap dengan apik oleh Riyanto Purnomo, seniman muda dari Kecamatan Bagelen. Dengan mengambil materi penari usia muda (setara SD dan SMP) penampilan Kabupaten Purworejo menjadi berbeda dengan tim lainnya.

Semenjak penampilan pemanasan (sebelum masuk waktu pentas di depan Tamu Undangan) Tim Kabupaten Purworejo mencuri perhatian para penonton. Tak sedikit penonton yang mengambil posisi di depan/samping penari dolalak, untuk sekedar minta foto bersama.

Pembukaan Parade ini ditandai dengan pemukulan tenor drum oleh Gubernur Jateng, Bibit Waluyo. Selanjutnya penampilan dari 35 kontingen dari Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pun dimulai dengan disaksikan oleh 5 (lima) lima orang juri yang berada di tiga titik sepanjang jalan Pahlawan.

Tim Kabupaten Purworejo menampilkan hasil latihannya selama beberapa minggu. Penampilan yang dibatasi dengan durasi 3 (tiga) menit ini, dimulai dengan tarian diikuti iringan Lagu “Ikan Cucut” disusul lagu “Pakai Nanti” dan diakhiri trance dan teriakan kompak seluruh penari kalimat : “Dirgahayu Jawa Tengah !!!” Disusul dengan terbentangnya spanduk yang diangkat tinggi dengan bertuliskan “Dirgahayu HUT ke - 62 Provinsi Jawa Tengah”.

KUA Grabag 2 Juara Harapan II KUA Teladan Jateng


KUA Kecamatan Grabag 2 sebagai salah satu KUA di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo, terpilih sebagai wakil Eks-Karesidenan Kedu untuk maju ke tingkat Propinsi dan meraih Juara Harapan II.

Prestasi ini tidak terlepas dari dukungan dan pembinaan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo dan Kasi Urais Kankemenag Kabupaten Purworejo. Tidak terkecuali dukungan para Kepala KUA Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dan para pegawai pada KUA Kecamatan Grabag 2 sendiri, yang telah bekerja dan melayani masyarakat denan sungguh-sungguh .

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Purworejo Drs H Nurudin MPdI menyampaikan rasa bangganya atas prestasi yang dicapai KUA Grabag 2 ini. Beliau berharap, capaian prestasi ini tidak menjadikan KUA cepat puas sehingga senantiasa berusaha menjadi lebih baik lagi, sehingga bisa menjadi contoh dan menular pada KUA-KUA yang lain di Purworejo.

Ia menambahkan, prestasi lain yang dicapai Kantor Kemenag Kabupaten Purworejo tidak hanya di bidang pelayanan masyarakat yang digawangi oleh KUA. Baru-baru ini, Lis Ulfiana, siswa MA Takhasus Al Qur’an Ahmad Sari Kecamatan Bruno, terpilih sebagai Juara 1 dalam Pemilihan Anak Yatim Berprestasi Kategori MA di Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan tahun sebelumnya, Predikat Juara 1 Lomba Keluarga Sakinah Tingkat Nasional diraih oleh Hj Tien Partini dan H Mulyadi Nitisusastro dari Pituruh.

Senin, 27 Agustus 2012

Purworejo Terima Bantuan Miliaran Rupiah


Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, DR HR Agung Laksono di Purworejo, tepatnya di Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, membawa berkah tersendiri bagi Purworejo. Berkah itu lantaran Menko Kesra Agung Laksono membawa bantuan yang nilainya milyaran rupiah untuk beberapa pos pembangunan seperti kesehatan, pendidikan, kemasyarakatan dan PNPM. Meskipun penyerahan bantuan tersebut hanya simbolis, karena sebagian bantuan sudah diterima sejak beberapa waktu lalu.

Sebelum menuju Ponpes An-Nawawi, Menko Kesra terlebih dahulu diterima Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, Wakil Bupati Purworejo Suhar, Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, dan sejumlah pejabat di Peringgitan, Minggu (26/8). Nampak dalam rombongan Menko Kesra antara lain, Deputi IV Kementerian Kesra Prof Agus Sartono, Ketua Pendidikan Kosgoro 1957 Jawa Tengah Bowo Sidik Pangarso.

Kepada para wartawan, Agung Laksono menyampaiakan beberapa hal terkait dengan kesejahteraan rakyat Indonesia yang semakin meningkat. Bahkan menurutnya, angka kemiskinan juga mengalami penurunan dimana sebelumnya n mencapai 40 juta orang (tahun 2004), kini turun menjadi 29 juta orang. ”Namun jumlah tersebut masih tetap menjadi pekerjaan rumah kita, ” katanya.
Dikatakan pula, saat sekarang ini kita juga mengalami krisis global, yang perlu antisipasi antara lain dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat miskin. “Berbagai kajian terus dilakukan seperti di bidang pendidikan, kesehatan yang lebih fokus, dan juga  ada pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

Di Ponpes An-Nawawi Berjan, Agung Laksono langsung diterima pimpinan Ponpes An-Nawawi  KH Chalwani dan para pengurus. Dalam sambutannya Agung Laksono menyampaikan bahw sejak dulu pendidikan di pondok pesantren telah menumbuhkan semangat heroisme, namun tetap berpegang pada wawasan kebangsaan sekaligus intelektualisme keagamaan yang tinggi. “Dalam dunia pondok pesantren dibutuhkan tokoh sentral yang mumpuni, yaitu figur kyai sebagai suri tauladan. Figur kyai ini mudah terbentuk pola kepemimpinan dan sistem pembelajaran yang efektif dan fungsional,” katanya.

Dikatakan bahwa pola relasi santri–kyai berbentuk teacher-disciple relation yang dilandasi pertalian silahturahmi yang tak pernah putus yaitu ikatan keagamaan. Dua komunitas ini selalu menyatu, disatu sisi sebagai komunitas yang sangat patuh, tetapi sisi lain sebagai komunitas pemimpin yang mampu mewujudkan suri tauladan yang saleh.

Disampaiakan pula, ponpes sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia benar-benar memiliki basis kultural yang mengakar pada masyarakat. Sampai saat ini model pendidikan pondok pesantren masih tetap bertahan, tidak pernah lapuk dimakan usia. Sederas apapun pengaruh moderniasasi, pesantren tetap mampu bertahan dalam melakukan kajian pengetahuan agama Islam. Sekalipun sistem pembelajaran dengan pola tradisional seperti sorogan, bandongan, halaqoh, tetapi metode ini tetap unggul dan ampuh memberikan kesan positif sepanjang hayat para santri.

Agung Laksono berpesan agar pondok pesantren An Nawawi menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih terbuka, tidak fanatik buta dalam membenarkan pahamnya sendiri tetapi mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham. Mengajarkan pendidikan agama dengan cara pandang yang luas, baik dan benar, berwawasan kebangsaan, agar santri tidak keliru atau tidak sepotong-potong dalam memahami agama.

Kecuali itu juga harus menanamkan pendidikan agama yang kuat, yang mampu mempertahankan budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dan nasional yang multikultural namun tetap bersandar pada landasan agama, karena ponpes merupakan salah satu benteng pertahanan budaya, termasuk pesantren yang peduli dan berbudaya lingkungan yang sehat. Bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan langsung masyarakat (BLM)  nampaknya menerima bantuan cukup besar dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Bidang-bidang ini memang merupakan prioritas program pembangunan di Purworejo.

Untuk bantuan Pendidikan Anak Usia Dini Layanan TPA/KB/TK SPS Tahun 2012 sebesar Rp 1.961.000.000. Bantuan Pendidikan Dasar sebesar Rp 126.741.297.544. Bantuan Pendidikan Menengah sebesar Rp .171.667.118.000. Bantuan dari BKKBN Pusat berupa alat kontrasepsi, operasional dan sarana pelayanan sebesar Rp 3,8 miliar. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM infrastruktur perdesaan sebesar Rp 21,260 miliar .

Disamping itu, Kementerian Agama kabupaten Purworejo juga menerima bantuan yang tidak sedikit yaitu berupa bantuan beasiswa siswa miskin untuk siswa madrasah swasta sebesar Rp 1.009.840.000, BOS untuk madrasah swasta dan Ponpes salafiyah sebesar  Rp 4.655.320.000 dan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) untuk Madrasah Aliyah swasta sebesar Rp 90.000.000. 

Sabtu, 25 Agustus 2012

Purworejo Terima Penghargaan


Untuk kesekian kalinya Kabupaten Purworejo mendapat penghargaan di tingkat Provinsi. Yakni sebagai Juara I Lomba Tata Kelola Keuangan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.Penghargaan tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Purworejo sangat trnsparan dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan daerah. 

Penghargaan berupa tropi dan piagam, diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah H Bibit Waluyo kepada Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, pada upacara Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah Ke 62, di lapangan Pancasila simpanglima Semarang, Rabu(15/8).

Menurut Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Purworejo Drs R Achmad  Kurniawan Kadir, Purworejo meraih juara pertama karena telah melaksanakan tata kelola keuangan sesuai dengan regulasi. Selain itu juga didukung dengan pelaksanaan Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) yang meliputi tiga aspek yaitu partisipatif, transparansi dan akuntabel.

Menurut pria yang akrab dipanggil Wawan itu, semua tata kelola keuangan yang dilaksanakan tidak ada yang disembunyikan. Bahkan masyarakat bisa mengetahui pengelolaan secara transparan itu melalui website Pemda. Di website tersebut, tata kelola keuangan ditampilkan lengkap terinci, termasuk yang ada di semua SKPD.

“Penghargaan ini alami murni tidak ada yang dibuat-buat, semua berjalan apa adanya, karena merupakan bentuk tanggung jawab untuk menjalankan sesuai regulasi. Mudah-mudahan penghargaan ini bisa menjadi penyemangat untuk terus meningkatkan kinerja menuju lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Dikatakan bahwa dalam mengelola keuangan, tidak bisa disamakan dengan mengelola non keuangan. Sebab tidak boleh ada kebijakan dalam mengelola keuangan, melainkan harus sesuai dengan aturan. “Kalau ada temuan dari hasil pemeriksaan, maka segera kita tindak lanjuti,” tandasnya.

Ia mencontohkan, penerapan dana bantuan sosial atau dana hibah, yang pelaksanaannya mengacu regulasi yang tertera dalam peraturan bupati. Bagi penerima bantuan sosial atau dana hibah, harus mempertanggungjawabkan sampai dengan selesai.

”Kita perlakukan penerima bansos atau hibah sama seperti satker. Kita akan melakukan pengecekan secara lengkap dari mulai administrasi, SPJ, hingga bukti fisiknya. Kalau di Kabupaten Purworejo pelaksanaan bansosnya harus seperti itu sesuai dengan perbup, memang beda dengan daerah lain,” jelasnya.

Disamping itu, harus memiliki komitmen yang kuat yakni komitmen terhadap regulasi dan konsisten dalam menerapkannya. ”Seperti yang diharapkan Bupati, maka semua uang yang dikelola, harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, tidak ada sedikitpun yang tidak sampai ke masyarakat, dan tidak boleh berkurang sepeserpun,” tandasnya.

Selasa, 14 Agustus 2012

Siswa SMA Ikuti Kelas Pemilu


Sebagai upaya meningkatkan partisipasi pemilih pemula, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purworejo menyelenggarakan kelas pemilu. Kegiatan yang diikuti 56 siswa/siswi pengurus OSIS tingkat SLTA se Kabupaten Purworejo itu, dilaksanakan di aula KPU, beberapa waktu lalu.

 Menurut Ketua KPU H Muslikhin Madiani, melalui kelas pemilu ini pihaknya berkeinginan memberikan pengetahuan, pemahaman mengenai pemilu kepada pemilih pemula. Dengan harapan dalam event-event pemilu yang sebentar lagi dilaksanakan yakni Pilgub Jawa Tengah di Tahun 2013, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Prsiden Tahun 2014, dapat berperan secara aktif menggunakan hak suaranya.

“Melalui kelas pemilu, para siswa/siswi diharapkan mempunyai wawasan terkait tentang bagaimana memilih seorang pemimpin, juga tentang proses pendaftaran pemilih,”ungkapnya. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yang diwakili oleh Kepala Bidang Binmudora dan Seni Budaya Drs Basuki Budi Raharjo menuturkan tentang perlunya sosialisasi kepada pemilih pemula.

“Jadi setelah mendapat ilmu dari para narasumber, akan terbentuk ‘mindset’ atau pola pikir positif untuk membawa bangsa dan negara yang demokratis,” harapnya.
Narasumber dalam kegiatan tersebut yakni dari KPU Kabupaten Purworejo sendiri, diantaranya Ir Bambang Setyoko dengan materi Pentingnya Pemilu, Handoko AS SSos tentang Strategi Memilih Pemimpin, dan Abdul Ghofir Muslim tentang Pendaftaran Pemilih. Dalam kelas pemilu tersebut juga dilakukan praktek atau simulasi pemungutan suara, yang diharapkan dapat lebih mempermudah dalam memahami demokrasi dan pemilu.

Senin, 13 Agustus 2012

Terima Gratifikasi PNS Harus Lapor Bupati


Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain Mag memerintahkan kepada pejabat dan pegawai di jajarannya, agar segera melaporkan  apabila menerima gratifikasi. Hal tersebut disampaikan melalui surat edaran Nomor 451/3986/2012, yang ditujukan kepada seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) se Kabupaten Purworejo. 

“Segera laporkan gratifikasi beserta rekapitulasi data penerimaan pelaporan gratifikasi, selambat-lambatnya 30 hari kerja kepada Bupati melalui Bagian Organisasi dan Aparatur,”katanya.

Lebih lanjut disebutkan, terhadap penerimaan bingkisan makanan yang dikhawatirkan kedaluwarsa, dapat disalurkan ke panti asuhan, panti jompo dan tempat-tempat sejenis lainnya yang membutuhkan. Namun harus tetap melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), disertai penjelasan taksiran harga dan dokumentasi penyerahannya.

Surat edaran tersebut merupakan tindak lanjut surat Pimpinan KPK Nomor B.1827/01-13/07/2012 perihal Himbauan penerimaan Hadiah terkait Hari Raya.

Diperbolehkan Mudik Dengan Kendaraan Dinas


Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg menyatakan bahwa kendaraan dinas boleh untuk mudik, dalam rangka perayaaan hari raya Idul Fitri 1433 H. Pertimbangannya, berdasarkan kebijakan pemerintah pusat kendaraan dinas (plat merah), harus menggunakan bahan bakar minyak non subsidi/ pertamax. 

“Dengan demikian, dimungkinkan kendaran dinas tidak akan digunakan sembarangan selama mudik,” katanya di sela-sela acara panen padi, di Desa Condongsari Kecamatan Banyuurip, belum lama ini.

Pada bagian lain  Bupati menyatakan bahwa ada tiga kekhawatiran pemerintah di masa mendatang. Yaitu kekhawatiran terjadinya krisis air, pangan dan gas atau minyak. Pemerintah Kabupaten Purworejo mulai saat ini telah mengantisipasi terhadap kekhawatiran tersebut. Upaya yang dilakukan dengan menggali potensi yang ada.

Terhadap kekurangan air, diakui sangat mungkin terjadi. Karena saat ini kerusakan hutan sudah memprihatinkan. Dijaman penjajahan Belanda dikenal adanya alas simpen, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Bahkan banyak hutan yang gundul akibat pembalakan liar.

Hutan yang fungsinya untuk menyimpan air, kini sudah tidak ada lagi. Akibatnya banyak sumber mata air yang mati.  “Untuk mengembalikan ke kondisi semula, kita telah melakukan reboisasi, melalui PHBM,” ungkapnya.

Kekhawatiran krisis pangan, diantisipasi melalui modernisasi pertanian. Sedangkan kekhawatiran terhadap bahan bakar minyak/gas, telah diantisipasi dengan pengolahan minyak nyamplung menjadi solar (bio energy) di Desa Patutrejo Kecamatan Grabag.

Produksinya telah diujicobakan untuk menempuh perjalanan Purworejo-Cilacap-Semarang-Solo-Yogyakarta. Pada ujicoba tersebut, penggunaan bahan bakar bio lebih hemat dibanding menggunakan solar. Bila dengan solar 1 liter untuk sekitar 10 km, dengan minyak nyamplung bisa 12 km.

Diakui saat ini produksinya masih kecil, baru 200 liter per hari. Bio energy tersebut dijual Rp 8.000 per liter. “Waktu itu saya ditanya pak Gubernur, mengapa harganya sangat tinggi. Saya jawab, harga itu murah dibawah harga BBM non subsidi. Kita membeli BBM merasa lebih murah karena mendapat subsidi. Untuk kedepan akan terus dikembangkan hingga skala lebih besar,” katanya.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Ditinggal Terawih Rumah Dibobol Maling

Musibah bisa menimpa seseorang kapanpun dan dimanapun. Tak perduli walau itu dalam puasa Romadon yang penuh berkah. Setidaknya hal itu menimpa keluarga Budi Santoso (50), warga Perumahan Tentara Pelajar RT 4 RW 7 Kelurahan Pangen Jurutengah Purworejo. Kamis (9/8) malam sekitar pukul 19.00 WIB rumah pensiunan pegawai PT Pos Indonesia ini disatroni tamu tak diundang alias maling. 

Sejumlah perhiasan dan mobil Avansa berhasil dibawa kabur maling. Akibat kejadian itu Budi Santoso menderita kerugian sekitar Rp 150 juta. Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan peristiwa bermula saat malam itu Budi Santoso pergi sholat tarawih di masjid tak jauh dari rumahnya. Sementara istrinya, Sri Asih (48) juga sedang pergi memeriksakan anaknya ke dokter. 

Sebelum meninggalkan rumah Sri Asih sudah mengunci pintu dan jendela serta pagar besi halaman. Selain itu almari tempat menyimpan perhiasan dan sejumlah unag keperluan lebaran juga sudah dikunci dan kuncinya dibawa. "Keluar rumahnya bareng. Suami ke masjid saya ke dokter memeriksakan anak," kata Sri Asih. 

Menurut Sri Asih,, saat meninggalkan rumah dirinya melihat ada orang sedang menelpon. Sedang di bawah gapura masuk perumahan ada dua orang duduk disamping sepeda motor. Namun karena tidak curiga dengan keberadaan orang-orang itu Sri Asih mengaku langsung pergi. Masih kata Sri, saat pulang dari dokter dirinya terkejut lantaran rumahnya sudah dikerumni orang banyak. "e tidak tahunya rumah saya di bobol maling," ungkap Sri sedih. 

Pelaku yang diperkirakan lebih dari satu orang tersebut masuk rumah korban dengan cara mencongkel pintu utama. Pelaku berhasil menggasak sejumlah uang, laptop dan perhiasan. Tak hanya itu saja, tamu tak diundang itu juga berhasil membawa mobil Avansa dengan nomor polisi AA 8488 DL.Ikut dibawa pelaku STNK dan SIM yang berada di dompet. Usai melakukan aksinya para pelaku kabur melalui garasi mobil. Saat ini kejadian tersebut sedang ditangani oleh aparat Polsek Kota Purworejo.

Jumat, 10 Agustus 2012

Jelang Lebaran Masih Banyak Beredar Barang Kedaluwarsa


Menjelang Hari Raya Idul Fitri, biasanya terjadi peningkatan peredaran makanan dan minuman di pasar, toko maupun swalayan. Peningkatan tersebut juga diimbangi dengan kontrol dari dinas instansi terkait untuk melakukan pengawasan.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo dr Kuswantoro MKes, saat memberikan pengarahan kepada tim terpadu yang akan melakukan pengawasan peredaran pangan. Pengarahan itu dilakukan diruang kerja Kepala DKK, belum lama ini. Tim terpadu terdiri DKK, Dinas Perindagkop, Polres, Satpol PP, dan Bagian Humas Setda.

Menurut Kuswantoro, melalui pengawasan tersebut diharapkan konsumen tidak dirugikan, sedangkan penjual atau produsen tidak melanggar aturan. “Termasuk dengan mengingatkan produsen,  akan pentingnya memiliki izin pada setiap produk pangan yang akan dipasarkan,”katanya.

Dalam operasi yang dilakukan di sejumlah toko di wilayah Kecamatan Kemiri, ditemukan minuman dalam kemasan botol yang sudah kedaluwarsa. Selain itu, juga ditemukan sirup, saos, dan pengharum minuman yang kedaluwarsa. Juga ditemukan air tawar dalam kemasan gelas yang tidak memiliki izin.

“Paling banyak ditemukan minuman dalam kemasan botol bersoda yang sudah kedaluwarsa tapi masih tetap di sajikan untuk dijual, bahkan ditaruh di lemari pendingin. Ini jumlahnya cukup banyak,” ungkap Kasi farmasi makanan minuman dan Apoteker DKK Drs Triyanto APt MKes selaku ketua tim.

Penemuan tersebut ditindak lanjuti dengan pembinaan serta penandatangan berita acara bagi penjual, agar melakukan perbaikan-perbaikan dalam berdagang. Sedangkan kepada masyarakat, dihimbau agar lebih teliti dan hati-hati setiap akan membeli produk makanan maupun minuman.

“Yang harus diperhatikan antara lain kelengkapan label yang sudah berizin, masa berlaku, kemasan bersih, jangan membeli makanan yang warnanya sangat mencolok karena dimungkinkan menggunakan pewarna yang dilarang, dan jika membeli sirup jangan yang sudah mengendap karena dimungkinkan sudah kedaluwarsa,”jelasnya.

Disamping itu Triyanto juga menghimbau kepada distributor agar ikut melindungi konsumen, dengan menjual komoditas yang baik dan sehat. “ Jangan mengaburkan informasi, kalau memakai pemanis buatan ya katakan saja apa adanya,” tandasnya.

Demikian juga bagi produsen musiman, harus memiliki izin. Untuk pengurusan izin biayanya hanya Rp 50 ribu, yang berlaku selama lima tahun. Karena dengan memiliki izin, akan dapat melindungi produsen maupun konsumen jika terjadi komplain. “Pelan tapi pasti kedepannya bagi produk makanan minuman yang tidak berizin akan diberi tindakan,”ungkapnya.

Kamis, 09 Agustus 2012

Padi Situbagendit Dikembangkan di Purworejo


Balai Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah mendorong petani Purworejo untuk mengembangkan benih pertanian secara mandiri. Selama ini untuk mencukupi kebutuhan benih,  masih didatangkan dari luar Kabupaten Purworejo. Akibatnya saat musim tanam, petani sering kasulitan benih. Untuk memenuhi kebutuhan dicukupi dengan menggunakan benih yang semestinya untuk konsumsi. 

Hal tersebut disampaikan peneliti dari BPTP Jawa Tengah, Ir Teguh Prasetyo MS, di sela-sela panen perbenihan padi Situbagendit, di Desa Condongsari Kecamatan Banyuurip, Rabu (8/8). Panen secara simbolis dilakukan oleh Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, di demplot seluas tiga hektar. Panen padi perbenihan merupakan kerja sama antara BPTP Jawa Tengah dengan Pemkab Purworejo dan PT Petrokimia.

Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut, pihaknya membuat demplot perbenihan di lima titik. Yaitu di Desa Condongsari untuk padi varietas Situbagendit, Desa Ngombol padi varietas Sidenuk, Kelurahan Mranti padi varietas Impari 10. Di Kelurahan Bayem Kutoarjo benih kedelai, Desa Jrakah Kecamatan Bayan benih jagung putih.

Panen padi benih varitas Situbagendit di demplot Desa Codongsari dengan produksi 9, 47 kwintal per hektar. Produksi tersebut nantinya akan dikirim melalui produsen benih yang ada di Jawa Tengah, setelah sebelumnya dilakukan survei kebutuhan benih oleh petani. Benih tersebut telah lulus uji setifikasi sebagai padi tahan terhadap kekeringan. Benih ini dikembangkan sebagai antisipasi tahun 2013 mendatang. Dimana tahun tersebut diperkirakan wilayah Indonesia akan terkena dampat elnino, sehingga dimungkinkan akan terjadi musim kemarau yang lebih panjang.

Produksi benih padi Jawa Tengah, sambungnya, sudah terjadi surplus. Kebutuhan benih padi sekitar 43 ribu ton per tahun, sementara produksi mencapai 63 ribu ton. Pengadaannya oleh perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah. Kebutuhan benih untuk Kabupaten Purworejo sekitar 1.325 ribu ton per tahun, dengan luas areal sekitar 53 ribu hektar. Untuk mencukupi benih sendiri, setidaknya dibutuhkan lahan sekitar 400 hektar.

“Kalau ingin bisa mencukupi benih secara mandiri, kami bersedia untuk mendampingi. Yang menjadi kendala, pengadaan benih untuk perbenihan biasanya petani sulit untuk menembus. Karena minimal keturunan pertama (F-1) dari hasil pemuliaan. Kemudian pengawasan sejak pengolahan tanah hingga panen, sehingga lulus sertifikasi. Apabila petani berkeinginan kami bersedia mendampingi,” katanya.

Ditambahkan bahwa saat ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian ada lima bidang prioritas, untuk meningkatkan produktifitas di tahun 2014 mendatang. Yaitu padi ditargetkan surplus, jagung ditargetkan 20 juta ton. Kedelai 2,3 juta ton. Tebu 5,9 juta ton, saat ini baru 3 juta ton, dan daging sapi ditargetkan 439 juta ton. Yang membanggaan, kelima bidang prioritas tersebut semuanya bisa dikembangkan di Kabupaten Purworejo. Untuk itu ia berharap bisa dikembangkan model pengembangan kelima komoditas tersebut.

Bupati Mahsun pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa  pihaknya memiliki visi misi untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diantaranya ditempuh melalui sekala prioritas pembangunan di lima bidang, diantaranya pembangunan bidang pertanian dalam arti luas. “Dengan demikian berarti program Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sinergi dengan program pembangunan di Purworejo,” katanya.

Dijelaskankan, bidang pertanian mendapat skala prioritas dengan beberapa alasan. Pertama mayoritas masyarakat Purworejo bekerja sebagai petani. Kedua tanah di Purworejo paling cocok untuk lahan pertanian. Ketiga, menghadapi perdagangan bebas, produksi pertanian paling tidak siap bersaing di pasaran bebas.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Purworejo yang jumlah penduduknya mencapai 750 ribu jiwa lebih, masalah yang muncul adalah jumlah penduduk semakin bertambah, sementara lahan pertanian semakin sempit. Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi. Menghadapi kondisi yang demikian, ia mengaku dihadapkan pada masalah yang sulit. Satu sisi ingin mengembangkan produksi pertanian, disisi lain masyarakat butuh lahan untuk tempat tinggal.

Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah pusat telah mencanangkan melalui program keanekaragaman makanan dan modernisasi pertanian. Untuk keanekaragaman makanan, masyarakat Purworejo dinilai belum siap. Kebiasan makan nasi, belum bisa ditinggalkan. “Yang bisa ditempuh melalui modernisasi pertanian seperti kegiatan yang kita laksanakan ini,” ujarnya.

Bupati : Sampai Lebaran Stok Sembako Cukup


Bupati Purworejo melakukan inspeksi sembilan bahan pokok makanan di pasar Baledono, Rabu (8/8). Didampingi Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, Plh. Assisten II Sekda Ir Jumali, Ka Dinas Perindagkop Dra  Suhartini, Kabag Perekonomian Drs  Sriyono dan Kabag Humas  Drs Joko Saptono, Bupati mengunjungi para pedagang di Pasar Baledono sekaligus mengecek harga-harga kebutuhan masyarakat selama bulan puasa menjelang lebaran.

Dari pantauan itu diketahui untuk harga daging sapi belum mengalami kenaikan yaitu Rp.70.000/Kg. Untuk Ayam potong juga belum mengalami kenaikan yaitu Rp.25.000/Kg. Sedangkan harga ikan seperti ikan bawal mencapai Rp.16.000 sampai Rp.17.000/Kg.  ”Harga daging sapi, kerbau dan ayam potong biasanya menjelang lebaran H-3 biasanya pasti naik,” kata Atik (40 tahun) salah seorang pedagang daging di los daging pasar  Baledono.

Namun udang justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu dari harga Rp.40.000/Kg, kini menjadi Rp.70.000/Kg. Kenaikan ini dikarenakan tergantung dari kondisi cuaca.
Harga sayur mayur seperti wortel, tomat dan kembang kol juga belum naik. Harga wortel dan tomat  per kilo masih Rp.5000-6000/Kg. Kembang kol Rp.8000/Kg. Untuk harga cabe juga belum mengalami kenaikan per kilo mencapai Rp.14.000, telur Rp.14.500, sedangkan bawang putih dan bawang merah justru mengalami penurunan.

Untuk harga beras juga belum mengalami kenaikan, bahkan cenderung menurun. Hal ini dikarenakan disamping sudah mulai panen, turunnya harga juga dikarenakan adanya Raskin. Untuk jenis rojo lele mencapai Rp.9000/Kg.
Bupati juga mengecek harga kedele di kios milik Rohmah (32 tahun), dimana harga kedele impor per kilonya Rp.7.500. Untuk kedele lokal mencapai Rp.7.700/Kg, namun sampai sekarang kedele lokal masih hilang dari pasaran.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dalam keterangannya menyampaikan, sampai sekarang dan jelang lebaran masyarakat tidak perlu kawatir karena stok kebutuhan bahan makanan di Purworejo masih cukup  banyak. Termasuk  harga kedelai juga turun, dikarenakan sudah ada stok kedele di gudang Grantung yang cukup.
”Kita perkirakan kebutuhan untuk bulan puasa sampai lebaran nanti stok pangan masih cukup. Kalau nanti ada kenaikan harga itu hanya sentimen pasar,” imbuhnya.

Selasa, 07 Agustus 2012

Kedelai Gonjang Ganjing, Pengrajin Tahu Di Purworejo Tetap Exis


Kelangkaan kedelai yang terjadi akhir-akhir ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Puworejo. Para pengrajin tahu dan tempe tetap memproduksi seperti hari-hari biasa tanpa kesulitan memperoleh bahan baku.

Bahkan mendekati Hari Raya Ifdul Fitri ini permintann pasar justru semakin meningkat. Salah satu pengrajin tahu yang tetap eksis adalah Amat Fajar (40), warga Desa Grantung RT 01 RW 02, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Amat Fajar yang memulai usaha pembuatan tahu sejak 1990 ini mengaku tidak terganggu dengan adanya kelangkaan kedelai di berbagai daerah. “Buktinya sampai sekarang saya masih tetap memproduksi dan tidak ada masalah dengan kedelai,” katanya.

Menurut Amat, rata-rata per hari usahanya mampu menghabiskan satu kwintal lebih kedelai. Bahan baku tersebut dia peroleh dari toko-toko yang menjual kedelai di wilayah Purworejo. Sedang jenis tahu yang diproduksi adalah tahu sayur dan tahu pong. Untuk pemasaran, kata Amat Fajar, dirinya memasarkan sendiri di Pasar pagi Suronegaran dengan dibantu istrinya.
Disamping itu banyak juga para penjual asongan yang mengambil langsung di rumahnya. Penjual asongan ini biasanya hanya mengambil tahu pong saja kemudian dijual di stasiun dan terminal. Menurut Amat, menyikapi kenaikan harga kedelai yang terus merangkak naik. Dirinya punya solusi sederhana tapi tepat sasaran.

Caranya, Amat dan istrinya meminta pendapat kepada para pelangganya terkait kenaikan harga kedelai. Artinya para pelenggan maunya bagaimana, ingin harga tetap tapi ukuran dikurangi atau harga naik tapi ukuran seperi biasanya. Nah dari hasil survei inilah kemudian disepakati harga naik tapi ukuran seperti biasa. Amat mengatakan, dalam urusan harga dirinya memang sering meminta pendapat pelangganya sehingga pada saat ada perubahan pembelinya tidak pindah ke penjual lainya.

Dikatakan, dalam menentukan harga dirinya tidak semata-mata mencari untung besar melainkan lebih pada kesinambungnnya. “ Sebagai contoh, tahu yang harganya Rp 1500 hanya menjadi Rp 1700,” ucap Amat Meski demikian Amat mengaku dari usaha perusahaan yang ditekuninya tersebut per hari bisa mendapat laba Rp 300 ribu. Saat ini perusahaan tahu milik Amat Fajar memperkerjakan sembilan orang. Dua orang tukang goreng, enam orang bagian gelintir dan satu orang bagian cetak tahu.





Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail