Selasa, 07 Agustus 2012

Kedelai Gonjang Ganjing, Pengrajin Tahu Di Purworejo Tetap Exis


Kelangkaan kedelai yang terjadi akhir-akhir ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Puworejo. Para pengrajin tahu dan tempe tetap memproduksi seperti hari-hari biasa tanpa kesulitan memperoleh bahan baku.

Bahkan mendekati Hari Raya Ifdul Fitri ini permintann pasar justru semakin meningkat. Salah satu pengrajin tahu yang tetap eksis adalah Amat Fajar (40), warga Desa Grantung RT 01 RW 02, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Amat Fajar yang memulai usaha pembuatan tahu sejak 1990 ini mengaku tidak terganggu dengan adanya kelangkaan kedelai di berbagai daerah. “Buktinya sampai sekarang saya masih tetap memproduksi dan tidak ada masalah dengan kedelai,” katanya.

Menurut Amat, rata-rata per hari usahanya mampu menghabiskan satu kwintal lebih kedelai. Bahan baku tersebut dia peroleh dari toko-toko yang menjual kedelai di wilayah Purworejo. Sedang jenis tahu yang diproduksi adalah tahu sayur dan tahu pong. Untuk pemasaran, kata Amat Fajar, dirinya memasarkan sendiri di Pasar pagi Suronegaran dengan dibantu istrinya.
Disamping itu banyak juga para penjual asongan yang mengambil langsung di rumahnya. Penjual asongan ini biasanya hanya mengambil tahu pong saja kemudian dijual di stasiun dan terminal. Menurut Amat, menyikapi kenaikan harga kedelai yang terus merangkak naik. Dirinya punya solusi sederhana tapi tepat sasaran.

Caranya, Amat dan istrinya meminta pendapat kepada para pelangganya terkait kenaikan harga kedelai. Artinya para pelenggan maunya bagaimana, ingin harga tetap tapi ukuran dikurangi atau harga naik tapi ukuran seperi biasanya. Nah dari hasil survei inilah kemudian disepakati harga naik tapi ukuran seperti biasa. Amat mengatakan, dalam urusan harga dirinya memang sering meminta pendapat pelangganya sehingga pada saat ada perubahan pembelinya tidak pindah ke penjual lainya.

Dikatakan, dalam menentukan harga dirinya tidak semata-mata mencari untung besar melainkan lebih pada kesinambungnnya. “ Sebagai contoh, tahu yang harganya Rp 1500 hanya menjadi Rp 1700,” ucap Amat Meski demikian Amat mengaku dari usaha perusahaan yang ditekuninya tersebut per hari bisa mendapat laba Rp 300 ribu. Saat ini perusahaan tahu milik Amat Fajar memperkerjakan sembilan orang. Dua orang tukang goreng, enam orang bagian gelintir dan satu orang bagian cetak tahu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail