Kamis, 09 Agustus 2012

Padi Situbagendit Dikembangkan di Purworejo


Balai Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah mendorong petani Purworejo untuk mengembangkan benih pertanian secara mandiri. Selama ini untuk mencukupi kebutuhan benih,  masih didatangkan dari luar Kabupaten Purworejo. Akibatnya saat musim tanam, petani sering kasulitan benih. Untuk memenuhi kebutuhan dicukupi dengan menggunakan benih yang semestinya untuk konsumsi. 

Hal tersebut disampaikan peneliti dari BPTP Jawa Tengah, Ir Teguh Prasetyo MS, di sela-sela panen perbenihan padi Situbagendit, di Desa Condongsari Kecamatan Banyuurip, Rabu (8/8). Panen secara simbolis dilakukan oleh Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, di demplot seluas tiga hektar. Panen padi perbenihan merupakan kerja sama antara BPTP Jawa Tengah dengan Pemkab Purworejo dan PT Petrokimia.

Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut, pihaknya membuat demplot perbenihan di lima titik. Yaitu di Desa Condongsari untuk padi varietas Situbagendit, Desa Ngombol padi varietas Sidenuk, Kelurahan Mranti padi varietas Impari 10. Di Kelurahan Bayem Kutoarjo benih kedelai, Desa Jrakah Kecamatan Bayan benih jagung putih.

Panen padi benih varitas Situbagendit di demplot Desa Codongsari dengan produksi 9, 47 kwintal per hektar. Produksi tersebut nantinya akan dikirim melalui produsen benih yang ada di Jawa Tengah, setelah sebelumnya dilakukan survei kebutuhan benih oleh petani. Benih tersebut telah lulus uji setifikasi sebagai padi tahan terhadap kekeringan. Benih ini dikembangkan sebagai antisipasi tahun 2013 mendatang. Dimana tahun tersebut diperkirakan wilayah Indonesia akan terkena dampat elnino, sehingga dimungkinkan akan terjadi musim kemarau yang lebih panjang.

Produksi benih padi Jawa Tengah, sambungnya, sudah terjadi surplus. Kebutuhan benih padi sekitar 43 ribu ton per tahun, sementara produksi mencapai 63 ribu ton. Pengadaannya oleh perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah. Kebutuhan benih untuk Kabupaten Purworejo sekitar 1.325 ribu ton per tahun, dengan luas areal sekitar 53 ribu hektar. Untuk mencukupi benih sendiri, setidaknya dibutuhkan lahan sekitar 400 hektar.

“Kalau ingin bisa mencukupi benih secara mandiri, kami bersedia untuk mendampingi. Yang menjadi kendala, pengadaan benih untuk perbenihan biasanya petani sulit untuk menembus. Karena minimal keturunan pertama (F-1) dari hasil pemuliaan. Kemudian pengawasan sejak pengolahan tanah hingga panen, sehingga lulus sertifikasi. Apabila petani berkeinginan kami bersedia mendampingi,” katanya.

Ditambahkan bahwa saat ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian ada lima bidang prioritas, untuk meningkatkan produktifitas di tahun 2014 mendatang. Yaitu padi ditargetkan surplus, jagung ditargetkan 20 juta ton. Kedelai 2,3 juta ton. Tebu 5,9 juta ton, saat ini baru 3 juta ton, dan daging sapi ditargetkan 439 juta ton. Yang membanggaan, kelima bidang prioritas tersebut semuanya bisa dikembangkan di Kabupaten Purworejo. Untuk itu ia berharap bisa dikembangkan model pengembangan kelima komoditas tersebut.

Bupati Mahsun pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa  pihaknya memiliki visi misi untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diantaranya ditempuh melalui sekala prioritas pembangunan di lima bidang, diantaranya pembangunan bidang pertanian dalam arti luas. “Dengan demikian berarti program Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sinergi dengan program pembangunan di Purworejo,” katanya.

Dijelaskankan, bidang pertanian mendapat skala prioritas dengan beberapa alasan. Pertama mayoritas masyarakat Purworejo bekerja sebagai petani. Kedua tanah di Purworejo paling cocok untuk lahan pertanian. Ketiga, menghadapi perdagangan bebas, produksi pertanian paling tidak siap bersaing di pasaran bebas.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Purworejo yang jumlah penduduknya mencapai 750 ribu jiwa lebih, masalah yang muncul adalah jumlah penduduk semakin bertambah, sementara lahan pertanian semakin sempit. Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi. Menghadapi kondisi yang demikian, ia mengaku dihadapkan pada masalah yang sulit. Satu sisi ingin mengembangkan produksi pertanian, disisi lain masyarakat butuh lahan untuk tempat tinggal.

Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah pusat telah mencanangkan melalui program keanekaragaman makanan dan modernisasi pertanian. Untuk keanekaragaman makanan, masyarakat Purworejo dinilai belum siap. Kebiasan makan nasi, belum bisa ditinggalkan. “Yang bisa ditempuh melalui modernisasi pertanian seperti kegiatan yang kita laksanakan ini,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail