Maraknya tawuran antar pelajar,
mahasiswa dan kelompok masyarakat akhir-akhir ini, menunjukkan rendahnya moral
bangsa Indonesia. Kondisi tersebut diperparah dengan maraknya kasus korupsi,
yang banyak menjerat para pemimpin.
Hal itu diungkapkan Ketua
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Tengah Bambang Ariawan, di sele-sela
membuka acara Konferensi ke VIII HMI Cabang Purworejo, belum lama ini, di
gedung PGRI. Konfercab juga diisi dengan seminar yang menghadirkan nara sumber
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Drs Bambang Ariyawan MM, Ketua Komisi D
DPRD Drs Zusron, dan Ardianto Wahid dari UMP.
Dikemukakan oleh Ketua HMI Jateng
bahwa ia merasa khawatir atas tingkat moralitas bangsa saat ini. “Kondisi
tersebut disebabkan antara lain karena pedidikan di Indonesia lebih menekankan
pada nilai akademik, dibanding pendidikan karakter,” ungkapnya.
Terkait dengan hal itu, menurutnya
keberadan HMI cukup strategis untuk ikut ambil peran dalam pendidikan karakter.
Di lingkungan masyarakat, HMI bisa membuat programn yang menyentuh masyarakat,
misalnya mendirikan pendidikan bahasa Inggris. Di lingkungan kampus, HMI bisa
membina anggotanya. Bagi anggota HMI dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), bisa merintis untuk pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter
lebih sulit dan lama di bidang lain.
Pada kesempatan yang sama Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Drs Bambang Ariyawan MM,
mengungkapkan bahwa perekrutan guru pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua.
Yaitu perekrutan yang dipersiapkan sejak awal dan crass program.
Guru yang dipersiapkan sejak
awal, perilakunya dari sikap hingga tidak tanduknya menunjukkan seorang guru
yang perlu diteladani siswa. Mereka dipersiapkan sejak awal, layaknya
menyiapkan seorang jendral. Berbeda dengan guru yang perekrutannya secara crass
program. Guru yang seperti ini hanya mentransfer ilmunya kepada murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar