Pengambil kebijakan dan kalangan
birokrasi harus peduli dengan apa yang dibutuhkan dan menjadi prioritas
masyarakat. Oleh sebab itu, para pengampu bidang kesejahteraan rakyat (kesra),
harus sering turun ke lapangan secara langsung. Kemudian mencari solusi
terhadap kendala-kendala yang dihadapi masyarakat.
Hal itu dikatakan Bupati
Purworejo dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Drs Tri Handoyo MM, ketika
membuka rapat koordinasi bidang kesra, di ruang Arahiwang, Selasa (23/10).
Rakor diikuti SKPD terkait, dengan narasumber dari Bappeda, DKK, Dinas P dan K,
Disnakertransos dan BKBPP.
Lebih lanjut dikatakan bahwa
bidang kesra sifatnya sosial, sehingga diharapkan tidak menuntut imbalan. “Yang
terpenting kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, sehingga hasilnya bisa
dirasakan oleh seluruh masyarakat,” tandasnya.
Menurutnya, rakor ini sangat
positif dan tepat agar tidak terjadi lagi kesalah-pahaman dalam menjalankan
tugas dilapangan. Sehingga akan tercipta kebersamaan dan keterpanduan serta
sinkronisasi program, baik di mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
serta evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang kesejahteraan rakyat di
lingkungan Pemkab Purworejo.
“Saya berharap ke depan
betul-betul terlaksana sinergitas masing-masing satker, masing-masing pelaksana
di lapangan dalam penanganan masalah-masalah kesejahteraan rakyat,” harapnya.
Terkait pembangunan bidang kesra,
ada beberapa yang menjadi penekanan, antara lain perlunya terus menyosialisasikan
rencana regruping SD, agar masyarakat luas memahami maksud dan tujuan kebijakan
tersebut. Selain itu, ia meminta agar dipantau jangan sampai sekolah memungut
biaya yang berlebihan, termasuk bagi Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
Mengenai permasalahan PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), diakui menjadi salah satu faktor
penentu kemiskinan. Apabila dunia industri banyak yang meragukan kualitas SDM
dari PMKS ini, alternatif yang perlu dikembangkan adalah pembinaan
kewirausahaan. “Sehingga mereka juga tidak tergantung pada peluang kerja,
justru bisa berusaha menciptakan lapangan kerja sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya,” katanya.
Selain itu, agar diterapkan pola
pengawasan yang ketat terhadap realisasi bantuan-bantuan sosial. “Jangan sampai
bantuan tidak sampai pada tempatnya, dan kalau bisa ke depan penyaluran bantuan
ini dibagi secara riil, jadi berdasarkan ajuan yang masuk kemudian dibagi per
daerah, agar tidak terjadi ketimpangan penyaluran bantuan,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar