Sabtu, 30 Juni 2012

Purworejo Deklarasikan Sebagai Kabupaten Vokasi


Kabupaten Purworejo dideklarasikan sebagai kebupaten vokasi, yang didukung oleh 39 sekolah menengah kejuruan (SMK), baik negeri maupun swasta. Deklarasi dilakukan Sekretaris Daerah Drs Tri Handoyo MM,  , yang dipusatkan di SMKN I Purworejo. Deklarasi ditandai pemukulan gong dan pelepasan balon. Acara tersebut juga disemarakan pameran hasil kreatifitas siswa SMK dan bursa kerja khusus.

Ketua panitia, Gandung Ngadino SPd, pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa melalui kabupaten vokasi diharapkan dapat menciptakan sumberdaya manusia lulusan SMK yang lebih kompetitif, akuntabel, trampil dan siap memasuki dunia kerja. “Lulusan SMK diharapkan memiliki jiwa wiraswasta, sehingga dapat menekan angka kemiskinan,”katanya.

Kabupaten Purworejo, sambungnya, telah memenuhi syarat sebagai kabupaten vokasi, untuk mendukung Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi. Jumlah SMK dan siswa SMK lebih banyak dibanding SMA.  Saat ini jumlah SMK sebanyak 39 sekolah, dengan jumlah kompetensi keahlian 30. Jumlah siswa 17.361 siswa, dengan jumlah rombongan belajar 429. Pada acara tersebut juga disemarakkan stan bursa kerja oleh 39 perusahaan, pameran hasil kreatifitas siswa SMK, dan seminar pendidikan.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Drs Kartono MPd,  pada kesempatan yang sama menyatakan bahwa kabupaten vokasi merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Kebijakan itu sangat penting  sebagai wujud upaya mengurangi kemiskinan. Jawa Tengah merupakan provinsi pertama di Indonesia yang mendeklarasikan sebagai provinsi vokasi. Untuk mendukung provinsi, kabupaten/kota mulai mendeklarasikan sebagai kabupaten/ kota vokasi. Purworejo merupakan kabupaten/ kota ke 15 di Jateng yang mendeklarasikan sebagai kabupaten vokasi.

Sebagai provinsi vokasi, lanjutnya, prestasi Jawa Tengah sangat bagus. Tahun 2012, peraih 10 besar nilai ujian nasional (UN) secara nasional, 3 diantaranya dari Jawa Tengah. Dari ketiga siswa tersebut, satu diantaranya peraih nilai UN tertinggi tingkat nasional. Demikan juga dalam lomba kompetensi yang diselenggarakan di Bandung, keluar sebagai juara umum.

Menyinggung tentang rendahnya pendidikan di Indonesia, ia mengungkapkan bahwa hal itu memang harus diakui. Sebab bila melihat banyak lulusan SMK negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Pilipina, banyak lulusan SMK yang bekerja sesuai kompetensinya. Sementara para tenaga kerja Indonesia hanya bekerja di sektor non formal. Namun bila dilihat lebih jauh, sebenarnya kualitas pendidikan Indonesia tidak kalah degan negara tetangga.
Yang menjadi permasalahan lulusan SMK Indonesia yang bekerja di luar negeri, ternyata masalah komunikasi. Lulusan SMK Indonesia, belum menguasai bahasa Inggris. Untuk itu ia minta agar lulusan SMK, bisa menguasai bahasa Inggris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail