Kelangkaan kedelai yang terjadi
akhir-akhir ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pengrajin tahu
dan tempe di Kabupaten Puworejo. Para pengrajin tahu dan tempe tetap
memproduksi seperti hari-hari biasa tanpa kesulitan memperoleh bahan baku.
Bahkan mendekati Hari Raya Ifdul
Fitri ini permintann pasar justru semakin meningkat. Salah satu pengrajin tahu
yang tetap eksis adalah Amat Fajar (40), warga Desa Grantung RT 01 RW 02,
Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Amat Fajar yang memulai usaha pembuatan
tahu sejak 1990 ini mengaku tidak terganggu dengan adanya kelangkaan kedelai di
berbagai daerah. “Buktinya sampai sekarang saya masih tetap memproduksi dan
tidak ada masalah dengan kedelai,” katanya.
Menurut Amat, rata-rata per hari
usahanya mampu menghabiskan satu kwintal lebih kedelai. Bahan baku tersebut dia
peroleh dari toko-toko yang menjual kedelai di wilayah Purworejo. Sedang jenis
tahu yang diproduksi adalah tahu sayur dan tahu pong. Untuk pemasaran, kata Amat
Fajar, dirinya memasarkan sendiri di Pasar pagi Suronegaran dengan dibantu
istrinya.
Disamping itu banyak juga para
penjual asongan yang mengambil langsung di rumahnya. Penjual asongan ini
biasanya hanya mengambil tahu pong saja kemudian dijual di stasiun dan
terminal. Menurut Amat, menyikapi kenaikan harga kedelai yang terus merangkak
naik. Dirinya punya solusi sederhana tapi tepat sasaran.
Caranya, Amat dan istrinya
meminta pendapat kepada para pelangganya terkait kenaikan harga kedelai.
Artinya para pelenggan maunya bagaimana, ingin harga tetap tapi ukuran
dikurangi atau harga naik tapi ukuran seperi biasanya. Nah dari hasil survei
inilah kemudian disepakati harga naik tapi ukuran seperti biasa. Amat
mengatakan, dalam urusan harga dirinya memang sering meminta pendapat
pelangganya sehingga pada saat ada perubahan pembelinya tidak pindah ke penjual
lainya.
Dikatakan, dalam menentukan harga
dirinya tidak semata-mata mencari untung besar melainkan lebih pada
kesinambungnnya. “ Sebagai contoh, tahu yang harganya Rp 1500 hanya menjadi Rp 1700,”
ucap Amat Meski demikian Amat mengaku dari usaha perusahaan yang ditekuninya
tersebut per hari bisa mendapat laba Rp 300 ribu. Saat ini perusahaan tahu
milik Amat Fajar memperkerjakan sembilan orang. Dua orang tukang goreng, enam
orang bagian gelintir dan satu orang bagian cetak tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar