Selasa, 08 Oktober 2013

Gubernur Berharap Tak Andalkan Impor Kedelai

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan  peninjauan areal tanaman kedelai  di Desa Dlisen Wetan Kecamatan Pituruh, Senin (7/10). Gubernur yang didampingi Plt Sekda Jateng Sri Puryono KS, Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dan Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat ditengah areal tanaman kedelai.

Gubernur mengatakan keinginannya agar stok kedelai bisa mencukupi kebutuhan sendiri, tanpa mengandalkan impor. “Maka harus dimulai dari sekarang. Masak mau makan tempe saja, kedelainya impor,” ujar Gubernur

Pihaknya juga mengaku sudah berkomitmen bersama Megawati, Gubernur DKI Jokowi, dan Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono, untuk meningkatkan produksi kedelai. Ia juga telah menyampaikan kepada Mendagri, untuk menekankan agar tidak tergantung pada impor. “Petani kedelai kita dorong, seperti petani disini maka layak kita sampaikan ke pemerintah pusat, sehingga pusat memberikan perhatian,” jelasnya ditengah-tengah sawah tanaman kedelai.

Dikatakan bahwa tugas negara adalah mengontrol dan mengendalikan harga kedelai di level Rp 8000. Selain itu juga menekan agar kedelai impor bisa dikurangi, dan masayarakat juga harus mau mengkonsumsi kedelai.
Aspirasi dari petani antara lain belum tersedianya irigasi, power threser (alat penggilingan kedelai), draiyer (alat pengering), dan sapi (untuk pupuk organik). "Kami kesulitan air karena kebanyakan sawah tadah hujan, biasanya saat musim tanam padi kedua, air sudah habis," ucap Karmin (45) petani di Dlisen Wetan.

Menurutnya, embung yang pernah menjadi andalan penyedia air bagi petani sudah tidak berfungsi. Bangunan itu selama puluhan tahun tidak bisa menampung air karena jebol dan belum pernah mendapat perbaikan.
Menanggapi hal itu, Gubernur memberikan solusi agar pemkab melakukan pengecekan. Apabila bisa diperbaiki ya diperbaiki, tapi kalau tidak baru minta bantuan ke provinsi.

Sedangkan mengenai bantuan, sebelum diberi bantuan diharapkan dinas terkait Purworejo belajar dulu di Kabupaten Semarang, karena disana sudah sangat bagus pengelolaannya. Bahkan pendapatannya sekitar 2 juta rupiah tiap bulannya.  “Saya punya program desa mandiri, ya seperti di Semarang itu. Termasuk petani harus ada pendampingan dari penyuluh,” ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail