Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Purworejo dalam ujian nasional (UN) tahun 2012, hanya mampu menempati ranking
dua se Kecamatan Purworejo. Satu-satunya SD yang telah ditetapkan sebagaai
rintisan sekolah dasar bertaraf internasional (RSDBI) dua tahun lalu, harus
rela dibawah SDLB Muhamadiyah.
Hal tersebut terungkap dalam
acara Purna Pawiyatan Kelas VI SDN Purworejo tahun Pelajaran 2011-2012, Sabtu
(16/6), di aula sekolah tersebut. Acara dihadiri orang tua/ wali siswa kelas VI
dan komite sekolah digelar bertepatan dengan pengumaman hasil UN SD. Pada
kesempatan tersebut, dimanfaatkan untuk pamitan dua guru yang memasuki purna
tugas, yaitu Suyatini Yohana dan Sri Wahyuningsih.
Kepala sekolah, Saino SPd,
mengaku rela dan ikhlas menerima kenyataan sebagai ranking dua, dibawah SDLB
Muhamadiyah. Pihaknya saat ini meluluskan 76 siswa yang ada, atau lulus 100%,
dengan nilai rata-rata UN 25,47. Namun demikian, bila dibandingkan dengan
sekolah-sekolah umum baik swasta maupun negeri, SDN Purworejo menempati ranking
1 se Kecamatan Purworejo. Untuk tingkat kabupaten, sampai saat ini belum dapat
terlihat datanya.
Saino mengungkapkan, dari jumah
siswa itu nilainya bervariasi, ada yang tinggi juga ada yang rendah. Bahkan
pada mata pelajaran (mapel) matematika nilai sempurna (10) diraih 7 anak.
Sedangkan mapel Agama Islam diraih seorang. Namun dibalik itu, masih ada siswa
yang memperoleh nilai UN kecil. Hal itulah yang menurunkan ranking sekolah.
Sementara, SDLB Muhamadiyah,
pesertanya hanya seorang. “Ya bagaimana saya harus menerima dan ikhlas untuk
menjadi ranking dua. Namun bila dibanding sekolah negeri, SDN Purworejo
menempati ranking satu. Untuk tingkat Jateng, SD Purworejo memperoleh
klasifikasi A di tiga mapel.” katanya.
Nilai UN tertinggi yang diraih
mapel Bahasa Indonesia 9,60; Matematika 10; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 9,75.
Nilai terendah Bahasa Indonesia 7,0; Matematika 4,75; IPA 6,0. Nilai
rata-rata sekolah 25,47. Nilai UN tertinggi diraih Riska Safira Dwi Wanda
dengan nilai 28,40.
Lebih jauh Saino mengemukakan,
kendati sekolahnya ditetapkan sebagai RSDBI, namun dalam pelaksanaan UN tetap
menggunakan Bahasa Indonesia. Di era globalisasi seperti saat ini, sekolah yang
dipimpinnya tetap mengembangkan kearifan lokal. Budaya Jawa tetap dikembangkan
sebagai ciri khasnya. Salah satu hasilnya, seni tari dan karawitan menjadi
juara I se Kabupaten Purworejo dua tahun berturut-turut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar