Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo melakukan peninjauan areal tanaman kedelai di Desa Dlisen
Wetan Kecamatan Pituruh, Senin (7/10). Gubernur yang didampingi Plt Sekda
Jateng Sri Puryono KS, Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dan Sekda
Purworejo Drs Tri Handoyo MM, langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat
ditengah areal tanaman kedelai.
Gubernur mengatakan keinginannya
agar stok kedelai bisa mencukupi kebutuhan sendiri, tanpa mengandalkan impor.
“Maka harus dimulai dari sekarang. Masak mau makan tempe saja, kedelainya
impor,” ujar Gubernur
Pihaknya juga mengaku sudah
berkomitmen bersama Megawati, Gubernur DKI Jokowi, dan Gubernur DIY Sultan
Hamengkubuwono, untuk meningkatkan produksi kedelai. Ia juga telah menyampaikan
kepada Mendagri, untuk menekankan agar tidak tergantung pada impor. “Petani
kedelai kita dorong, seperti petani disini maka layak kita sampaikan ke
pemerintah pusat, sehingga pusat memberikan perhatian,” jelasnya
ditengah-tengah sawah tanaman kedelai.
Dikatakan bahwa tugas negara
adalah mengontrol dan mengendalikan harga kedelai di level Rp 8000. Selain itu
juga menekan agar kedelai impor bisa dikurangi, dan masayarakat juga harus mau
mengkonsumsi kedelai.
Aspirasi dari petani antara lain
belum tersedianya irigasi, power threser (alat penggilingan kedelai), draiyer
(alat pengering), dan sapi (untuk pupuk organik). "Kami kesulitan air
karena kebanyakan sawah tadah hujan, biasanya saat musim tanam padi kedua, air
sudah habis," ucap Karmin (45) petani di Dlisen Wetan.
Menurutnya, embung yang pernah
menjadi andalan penyedia air bagi petani sudah tidak berfungsi. Bangunan itu
selama puluhan tahun tidak bisa menampung air karena jebol dan belum pernah
mendapat perbaikan.
Menanggapi hal itu, Gubernur
memberikan solusi agar pemkab melakukan pengecekan. Apabila bisa diperbaiki ya
diperbaiki, tapi kalau tidak baru minta bantuan ke provinsi.
Sedangkan mengenai bantuan,
sebelum diberi bantuan diharapkan dinas terkait Purworejo belajar dulu di Kabupaten
Semarang, karena disana sudah sangat bagus pengelolaannya. Bahkan pendapatannya
sekitar 2 juta rupiah tiap bulannya. “Saya punya program desa mandiri, ya
seperti di Semarang itu. Termasuk petani harus ada pendampingan dari penyuluh,”
ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar