Sabtu, 30 Juni 2012

ADB Apresiasi Pelaksanaan PISP DI Purworejo


Dalam rangka Mission Itinerary PISP ADB Loans 2064/2065 + GON Grant 4299 INO, sejumlah pejabat Asian Development Bank (ADB), Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum, berkunjung ke Purworejo beberapa waktu lalu. 

Rombongan yang dipimpin Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas Dr Ir M Donny Azdan MA MS, melakukan dialog dengan Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pengairan, Kepala Dinas pekerjaan Umum, beberapa pejabat terkait di Kabupaten Purworejo serta perwakilan dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A).

Dalam pertemuan yang bertempat di ruang rapat Bappeda Purworejo itu, para petani menyampaikan beberapa permasalahan di daerah irigasi masing-masing. Mulai dari permasalahan banjir, giliran air, debit air yang sangat kecil ketika musim kemarau, bahkan ada yang menanyakan tentang rencana pembangunan Waduk Bener.

Pada kesempatan tersebut, Mr Willem J Van Diest dari ADB mengucapkan terima kasih atas pelaksanaan Participatory Irrigation Sector Project (PISP) di Kabupaten Purworejo. Menurutnya, kegiatan PISP di Kabupaten Purworejo berhasil dilaksanakan dengan sangat baik, dibanding daerah-daerah lain yang juga melaksanakan proyek yang didanai ADB tersebut.

Sedangkan terkait rencana pembangunan Waduk Bener, setelah melakukan tanya jawab untuk menggali informasi tentang desain serta progres usulannya, Donny Azdan berjanji akan ikut menelusuri di tingkat pusat. Usai pertemuan singkat di Bappeda, kemudian dilakukan kunjungan lapangan ke Bendung Ploro di Desa Pogung Kecamatan Bayan.

Purworejo Deklarasikan Sebagai Kabupaten Vokasi


Kabupaten Purworejo dideklarasikan sebagai kebupaten vokasi, yang didukung oleh 39 sekolah menengah kejuruan (SMK), baik negeri maupun swasta. Deklarasi dilakukan Sekretaris Daerah Drs Tri Handoyo MM,  , yang dipusatkan di SMKN I Purworejo. Deklarasi ditandai pemukulan gong dan pelepasan balon. Acara tersebut juga disemarakan pameran hasil kreatifitas siswa SMK dan bursa kerja khusus.

Ketua panitia, Gandung Ngadino SPd, pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa melalui kabupaten vokasi diharapkan dapat menciptakan sumberdaya manusia lulusan SMK yang lebih kompetitif, akuntabel, trampil dan siap memasuki dunia kerja. “Lulusan SMK diharapkan memiliki jiwa wiraswasta, sehingga dapat menekan angka kemiskinan,”katanya.

Kabupaten Purworejo, sambungnya, telah memenuhi syarat sebagai kabupaten vokasi, untuk mendukung Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi. Jumlah SMK dan siswa SMK lebih banyak dibanding SMA.  Saat ini jumlah SMK sebanyak 39 sekolah, dengan jumlah kompetensi keahlian 30. Jumlah siswa 17.361 siswa, dengan jumlah rombongan belajar 429. Pada acara tersebut juga disemarakkan stan bursa kerja oleh 39 perusahaan, pameran hasil kreatifitas siswa SMK, dan seminar pendidikan.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Drs Kartono MPd,  pada kesempatan yang sama menyatakan bahwa kabupaten vokasi merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Kebijakan itu sangat penting  sebagai wujud upaya mengurangi kemiskinan. Jawa Tengah merupakan provinsi pertama di Indonesia yang mendeklarasikan sebagai provinsi vokasi. Untuk mendukung provinsi, kabupaten/kota mulai mendeklarasikan sebagai kabupaten/ kota vokasi. Purworejo merupakan kabupaten/ kota ke 15 di Jateng yang mendeklarasikan sebagai kabupaten vokasi.

Sebagai provinsi vokasi, lanjutnya, prestasi Jawa Tengah sangat bagus. Tahun 2012, peraih 10 besar nilai ujian nasional (UN) secara nasional, 3 diantaranya dari Jawa Tengah. Dari ketiga siswa tersebut, satu diantaranya peraih nilai UN tertinggi tingkat nasional. Demikan juga dalam lomba kompetensi yang diselenggarakan di Bandung, keluar sebagai juara umum.

Menyinggung tentang rendahnya pendidikan di Indonesia, ia mengungkapkan bahwa hal itu memang harus diakui. Sebab bila melihat banyak lulusan SMK negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Pilipina, banyak lulusan SMK yang bekerja sesuai kompetensinya. Sementara para tenaga kerja Indonesia hanya bekerja di sektor non formal. Namun bila dilihat lebih jauh, sebenarnya kualitas pendidikan Indonesia tidak kalah degan negara tetangga.
Yang menjadi permasalahan lulusan SMK Indonesia yang bekerja di luar negeri, ternyata masalah komunikasi. Lulusan SMK Indonesia, belum menguasai bahasa Inggris. Untuk itu ia minta agar lulusan SMK, bisa menguasai bahasa Inggris.

Sabtu, 23 Juni 2012

Pelajar Jadi Korban Tabrak Lari




Nasib tragis dialami oleh Heni Susanti (17) warga Dusun Bendosari RT 01 RW 06 Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Pelajar sebuah SMA di Purworejo ini tewas mengenaskan setelah ditabrak mobil Kamis (21/6) sekitar pukul 03.00. Ironisnya, mobil yang tidak diketahui no pol dan pengendaranya tersebut justru melarikan diri dan membiarkan tubuh korban tergeletak begitu saja di jalan raya.

Dari penuturan sejumlah saksi di lapangan, peristiwa terjadi bermula saat korban yang mengendarai sepeda motor dengan no pol AA 6291 DL melaju ke arah selatan (Purworejo). Sampai di tempat kejadian, tepatnya di Jalan Raya Purworejo-Magelang KM 7 tepatnya di Desa Gembulan, Loano, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah mobil dengan kecepatn tinggi.

Mobil tersebut kemudian berusaha menyalip sepeda motor di depanya. Namun karena terlalu ke kanan mobil itu justru menabrak korban. Akibat benturan yang cukup keras korban terlempar dan terseret hingga beberapa meter. Korban tewas seketika di tempat kejadian dengan luka parah pada kepala bagian belakang, dada kanan sobek dan punggung remuk.

Sementara pengemudi mobil yang melihat korban tergeletak diam bersimbah darah kemudian kabur begitu saja. Sejumlah warga yang mengetahui kejadian itu kemudian membawa korban ke RSUD Saras Husada Purworejo. Kasus tabrak lari itu kini sudah ditangani polisi dan pengemudi mobil tersebut dinyatakan buron. 

Selasa, 19 Juni 2012

Kalah Dengan SDLB Muhammadiyah, SDN Purworejo Hanya Ranking II




Sekolah Dasar Negeri (SDN) Purworejo dalam ujian nasional (UN) tahun 2012, hanya mampu menempati ranking dua se Kecamatan Purworejo. Satu-satunya SD yang telah ditetapkan sebagaai rintisan sekolah dasar bertaraf internasional (RSDBI) dua tahun lalu, harus rela dibawah SDLB Muhamadiyah.

Hal tersebut terungkap dalam acara Purna Pawiyatan Kelas VI SDN Purworejo tahun Pelajaran 2011-2012, Sabtu (16/6), di aula sekolah tersebut. Acara dihadiri orang tua/ wali siswa kelas VI dan komite sekolah digelar bertepatan dengan pengumaman hasil UN SD. Pada kesempatan tersebut, dimanfaatkan untuk pamitan dua guru yang memasuki purna tugas, yaitu Suyatini Yohana dan Sri Wahyuningsih.

Kepala sekolah, Saino SPd, mengaku rela dan ikhlas menerima kenyataan sebagai ranking dua, dibawah SDLB Muhamadiyah. Pihaknya saat ini meluluskan 76 siswa yang ada, atau lulus 100%, dengan nilai rata-rata UN 25,47. Namun demikian, bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum baik swasta maupun negeri, SDN Purworejo menempati ranking 1 se Kecamatan Purworejo. Untuk tingkat kabupaten, sampai saat ini belum dapat terlihat datanya.

Saino mengungkapkan, dari jumah siswa itu nilainya bervariasi, ada yang tinggi juga ada yang rendah. Bahkan pada mata pelajaran (mapel) matematika nilai sempurna (10) diraih 7 anak. Sedangkan mapel Agama Islam diraih seorang. Namun dibalik itu, masih ada siswa yang memperoleh nilai UN kecil. Hal itulah yang menurunkan ranking sekolah.

Sementara, SDLB Muhamadiyah, pesertanya hanya seorang. “Ya bagaimana saya harus menerima dan ikhlas untuk menjadi ranking dua. Namun bila dibanding sekolah negeri, SDN Purworejo menempati ranking satu. Untuk tingkat Jateng, SD Purworejo memperoleh klasifikasi A di tiga mapel.” katanya.

Nilai UN tertinggi yang diraih mapel Bahasa Indonesia 9,60; Matematika 10; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 9,75. Nilai terendah Bahasa Indonesia 7,0; Matematika 4,75; IPA 6,0. Nilai  rata-rata sekolah 25,47. Nilai UN tertinggi diraih Riska Safira Dwi Wanda dengan nilai 28,40.

Lebih jauh Saino mengemukakan, kendati sekolahnya ditetapkan sebagai RSDBI, namun dalam pelaksanaan UN tetap menggunakan Bahasa Indonesia. Di era globalisasi seperti saat ini, sekolah yang dipimpinnya tetap mengembangkan kearifan lokal. Budaya Jawa tetap dikembangkan sebagai ciri khasnya. Salah satu hasilnya, seni tari dan karawitan menjadi juara I se Kabupaten Purworejo dua tahun berturut-turut. 

Terpilih, Ketua KNPI Purworejo yang Baru




Imam Teguh terpilih menjadi ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Purworejo, menggantikan Adi Kurnia SPdI yang telah menjadi ketua pada periode 2009-2012. Imam terpilih dalam Musyawarah Kabupaten (Muskab ) KNPI ke XII, yang dibuka oleh Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg di hotel Ganesha Purworejo, Sabtu (16/6). Wakil Ketua DPD KNPI Jateng Farhan Helmi yang hadir dalam muskab tersebut, berharap agar pemuda terus meningkatkan kopentensinya di berbagai bidang, utamanya bidang kepemudaan. “Saat ini ada 180 orang pengurus di DPD KNPI Jateng. Kami konsen diberbagai bidang, untuk memajukan pembangunan daerah khususnya di Jawa Tengah,“ katanya.

Pada kesempatan itu, Helmi menyayangkan adanya pemberitaan yang cukup mengganggu kinerja KNPI. Yaitu terkait dengan pemberitaan atau issu tentang penyalahgunaan anggaran KNPI sebesar Rp 11,2 miliar.
Helmi menjelaskan, anggaran yang rencananya untuk KNPI, Rp 10 miliar untuk membangun gedung Pemuda untuk 55 organisasi kepemudaan, dan 1,2 miliar untuk anggaran potensi kepemudaan se Jateng. “Anggaran tersebut belum ada sepeserpun yang diambil, belum dicairkan dan sekarang masih ada di KAS Pemprov Jateng,”ungkapnya. 

Dikatakan bahwa sebenarnya Jateng merupakan provinsi yang tertinggal dari daerah lain. Kalau daerah lain sudah mempunyai gedung sendiri, KNPI Jateng masih numpang di perusda. “Ini ironis sekali sementara prestasi kami banyak,” keluhnya.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg menyampaikan apresiasi kepada KNPI yang dapat melaksanakan Muskab, “Ini bentuk disiplin organiasasi. Disamping itu saya juga komit untuk KNPI, karena saya pernah  selama tiga periode menjadi pengurus,”katanya.
Menurutnya, saat sekarang persoalan pemuda sangat kompleks dan ini termasuk persoalan negara. Untuk itu, KNPI juga harus peduli terhadap masalah-masalah bangsa seperti tentang penanganan narkoba. “Jangan sampai dalam Muskab, yang rame justru hanya mencari ketua umum saja. Ini harus sinergi dengan pembangunan di Purworejo,”imbuhnya.

Senin, 18 Juni 2012




Acara pelepasan 186 siswa kelas 9 SMP Negeri 14 Purworejo berlangsung meriah bercampur haru. Event perpisahan tersebut diisi dengan berbagai kesenian seperti tari dan musik. Namun yang paling unik dan kreatif adalah acara tersebut dibalut dengan prosesi adat Jawa layaknya orang hajatan. Sebelum pelepasan, terlebih dulu para siswa kelas 9 di kirab menuju tempat acara dengan di bimbing oleh Waka Kesiswaan Edi Purwanto yang bertindak sebagai Cucuk Lampah.
Setelah semua siswa menempati posisinya masing-masing Cucuk Lampah kemudian menyerahkannya kepada Kepala SMP Negeri 14 Purworejo Sri Rochati BA. Setelah acara diisi dengan berbagai sambutan dan hiburan, Dwi Apriyani yang mewakili siswa kelas 9 menyampaikan kata pamitan dalam bentuk geguritan berjudul “Lakuku”. Geguritan tersebut karya cipta Dwi Apriyani yang dibantu oleh guru Bahasa Jawa Kamdi Asrori dan Sri Wahyuning Widiastuti S.Pd.
Pada saat bait-bait apik geguritan meluncur dari bibir Dwi Apriyani yang pernah menjadi juara I lomba Penulisan Artikel Tosan Aji 2011 tersebut, suasana berubah hening dan haru. Bahkan tak sedikit para tamu undangan yang merasa trenyuh hingga hanyut dalam suasana dan tanpa sadar menitikan air mata. Usai kata pamitan yang mengharu biru itu kemudian dilanjutkan dengan ucapan selamat jalan oleh Eka Ayu Lestari juga dengan geguritan berjudul “ Gawanen Kapangku” karya Kamdi Asrori.
Eka Ayu Lestari adalah juara II Festival Lomba Seni Nasional (FLSN) Tingkat Kabupaten. Edi Purwanto mengatakan, ide pemilihan konsep tersebut untuk membangkitkan minat para siswa agar mau nguri-nguri Budaya Jawa. “Dengan memahami Budaya Jawa nantinya para siswa akan punya etika dan sopan santun,” katanya. Sementara itu Sri Rochati BA mengatakan, dengan hasil pencapaian di bidang akademis seperti  sekarang ini dirinya merasa bersyukur dan berjanji  akan terus berupaya meningkatkan lagi. 
Sehingga ke depan SMP Negeri 14 Purworejo semakin maju serta mampu bersaing dengan sekolah lain. Sedang kegiatan di bidang non akademis dirinya menilai sudah sesuai dengan misi sekolah. “Misi sekolah kami adalah Unggul Dalam Prestasi, Santun Dalam Perilaku, Agamais,” papar Sri Rochati. Dijelaskan, untuk kelulusan tahun ini nilai rata-ratanya 7,1,9. Dari jumlah siswa yang lulus tersebut, dua diantaranya mampu capai nilai 10. Yakni Rizki Agung  Prasetyo pada Mapel Matematika dan Wahyu Hendra Setiawan Mapel IPA.





Pelepasan Siswa Kelas 9 SMPN 25 Purworejo Ditandai Pelepasan Balon



Acara pelepasan atau purna widya siswa kelas 9 SMP Negeri 25 Purworejo yang berlangsung Jumat (1/6) ditandai dengan dilepaskannya 220 balon warna warni. Meski acara berlangsung secara sederhana namun terasa  hikmat dan sedikit haru. Acara yang dipusatkan di lapangan sekolah setempat itu dihadiri oleh seluruh siswa SMP Negeri 25 Purworejo, guru dan karyawan.
Kepala SMP Negeri 25 Purworejo Drs. Paijo mengatakan, pelepasan 220 balon tersebut sesuai dengan jumlah siswa yang lulus dan akan segera meninggalkan sekolah. Adapun maknanya agar para siswa yang lulus bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mampu menggapai cita-citanya. “Sementara bagi yang tidak mampu melanjutkan pendidikan lebih tinggi diharapkan bisa mengikuti pendidikan non formal seperti kursus dan lainya sehingga nantinya siswa mampu mendiri,” ungkap Drs Paijo.
Lebih lanjut dikatakan, ide pelepasan balon tersebut murni dari para siswa. Sedang pembiayaanya ditanggung oleh para wali murid. Menurutnya, pada tahun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswa yang mengikuti  Ujian Nasional (UN) sebanyak 220 dan semuanya lulus dengan nilai rata 27, 31. Sedang nilai tertinggi 36, 05. Disamping itu ada tiga siswa yang berhasil meraih nilai 10 pada mapel matematika. Tiga siswa tersebut adalah, Catur Dwi Rosalina, Solihkhah, dan Andarini.
Dalam kesempatan tersebut juga diisi dengan penyerahaan  penghargaan terhadap tiga siswa terbaik. Yakni Ana Wulansari kelas 9 F (terbaik I dengan nilai positif 105), Iswanti kelas 9 C (terbaik III dengan nilai positif 72), dan Kurnia Hikwanti kelas 9 D (terbaik III dengan nilai positif 55). Penghargaan juga diberikan kepada Inganatul Mukhyaroh yang berhasil meraih nilai 10 di UASBN mapel Pendidikan Agama Islam (PAI).

SMAN 3 Bangun Sanggar Belajar



Setelah menunggu lebih dari tiga puluh tahun, kini Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Purworejo memiliki sanggar belajar. Bangunan berukuran12 X 12 meter, diresmikan penggunaannya oleh Assisten Sekda bidang Administrasi, Umum dan Kesra, Drs Sigit Budimulyanto MM, Rabu (23/5). Untuk memeriahkan acara tersebut, ditampilkan 9 jenis kesenian nusantara yang dibawakan siswa siswi SMAN 3.
Kepala SMAN 3 Dra Sri Sujarotun MPd, melaporkan bahwa gedung sanggar belajar berukuran 12 X 12 meter, dibangun menghabiskan dana Rp 207 juta. Dana tersebut bersumber dari swadaya komite sekolah. Sampai saat ini, pihaknya baru bisa mendanai Rp 107 juta, sisanya mendapat pinjaman dari pihak pelaksana.  Disamping itu, kini sedang membangun mushola yang masih dalam pengerjaan. Dananya dari sumbangan berbagai pihak, termasuk sumbangan para guru di sekolahnya dengan menyisihkan tunjangan sertifikasi.
 Lebih lanjut Sri Sujarotun menjelaskan bahwa di sekolah yang dipimpinnya, diselenggarakan berbagai kegiatan ektrakurikuler pada sore hari di luar jam sekolah. Sekitar 15 jenis kegiatan kesenian diajarkan. Hal itu sesuai slogannya sebagai sekolah yang bernuansa seni.
Namun demikian pihaknya tidak meninggalkan bidang akademk. Dibidang akademik, tiap semester pihaknya memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP selama 3 dan 4 bulan,  bagi siswa yang berprestasi. Tiap tengah semester diselengaraan class metinng non olah raga. Sekitar 10-15 kegiatan non olahraga dilombakan. Selama tiga tahun terakhir, siswanya lulus 100% dalam evaluasi belajar tahap akhir.
Sigit Budimulyanto pada kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa dengan selesainya pembangunan gedung sanggar belajar, merupakan kebanggaan tersendiri. Setelah menuggu selama lebih dari tiga puluh tahun lamanya.  Sebab keberadan gedung tersebut nantinya akan menunjang kegiatan belajar mengajar siswa, yang pada ujungnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMAN 3 sendiri.
Menurutnya, banyak siswa Purworejo yang berprestasi, termasuk dari SMAN 3. Untuk itu, ia minta kedepan terus dipacu untuk lebih berprestasi, mengingat tantangan kedepan semakin berat. Terlebih lagi potensi yang dimiliki ada, dukungan juga ada, aktualisasi sudah terbukti. Lokasi sekolah ini juga sangat strategis, bahkan sebentar lagi akan dibangun bandara internasional di Kabupaten Kulonprogo, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Purwodadi.


Berlanggan artikel Blogtegal via e-Mail